Yogyakarta - Kepala Lembaga Sandi Negara (LSN), Nachrowi Ramli, dalam Seminar Hari Kesadaran Keamanan Informasi di Universitas Gajah Mada, Yogyakarta, Kamis (24/4/2008) mengatakan aksi penyadapan satelit menjadi salah satu faktor lepasnya Timor-Timur dari Indonesia.
Nachrowi mengutarakan, pada tahun 1997 Australia kedapatan menyadap satelit Palapa. "Maka tidak usah heran jika Timor-Timur akhirnya merdeka dengan dukungan Australia, karena mereka sudah tahu seluk-beluk informasi Timor-Timur yang kita bicarakan di dalam negeri," ujarnya.
LSN merupakan lembaga non-departemen yang berkepentingan dalam menjaga keamanan informasi dengan teknologi penyandian (kriptografi). Setiap lembaga pemerintahan dari tingkat pusat hingga kabupaten, menurut Nachrowi, memiliki setidaknya satu orang yang mengurusi pengkodean informasi.
Bambang Karsono, perwakilan dari Badan Intelijen Nasional, mengatakan urusan sadap-menyadap memang sudah lumrah. Apalagi dengan makin maraknya pemanfaatan teknologi informasi di dunia.
"Di setiap kedutaan (Indonesia di luar negeri) ada orang BIN yang mengurusi hal ini. Indonesia memang sering disadap oleh negara lain," tukas Bambang.
Ismail, dari Indonesia Security Incidents Response Team on Internet Infrastructure (ID-SIRTII), berpendapat bahwa jaringan telekomunikasi saat ini sudah sedemikian terbuka. Sehingga, lanjutnya, tidak ada yang bisa dikatakan benar-benar aman dalam sistem informasi negara.
Oleh karena itu, Ismail melanjutkan, diperlukan lembaga seperti LSN. LSN disebut memiliki peran seperti National Security Agency di Amerika Serikat.
Thursday, May 1, 2008
Gara-Gara Penyadapan, Indonesia Kehilangan Timor-Timur?
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
No comments:
Post a Comment
Selamat datang